
RT.4 - Terik matahari begitu menyengat siang itu di wilayah RT.04 VMB 2, tapi semangat dan teriakan-teriakan ceria itu tak kunjung berkurang bahkan malah bertambah ramai. Itulah semangat putra putri kita dalam mengikuti lomba 17′an, aku perhatiin dari tadi dengan sikap lugu dan polosnya mereka saling mendukung teman-temannya untuk bisa memenangi setiap lomba.Ketika lomba selesai mereka masih saling tawa, canda dan bersuka ria, tak terlihat sedikit pun rasa iri apalagi dendam dalam wajah polos dari anak-anak yang kalah dalam lomba.
Perasaan bangga dan sedih bercampur dalam hati melihat tingkah polah lucu anak-anak kita itu, bangga karena ternyata generasi penerus kita masih punya jiwa sportifitas yang tinggi ,bagi mereka perlombaan hanyalah ajang mencari yang terbaik bukan untuk saling membenci apalagi dendam, mungkin juga bagi mereka perlombaan itu malah merupakan ajang untuk semakin eratnya tali persahabatan diantara mereka.
Hal ini justru berbanding terbalik dengan berita-berita yang saya baca dan saksikan dimedia-media massa baik cetak maupun elektronik. Ada pertandingan bola yang diakhiri dengan tawuran, ada pemilihan Pemimpin Daerah yang berakhir kisruh, demo yang berakhir dengan tindakan anarkis dan masih banyak lagi berita-berita lain yang pada intinya ,tidak bisa menerima kekalahan dan tidak bisa mengakui kemenangan atau keunggulan lawan. Seharusnya kita malu pada anak-anak kita itu, kita yang harusnya menjadi contoh bagi mereka tentang bagaimana menerima kekalahan dan mengakui keunggulan lawan tetapi malah berbuat sebaliknya.
Ada pepatah jawa mengatakan ”Kebo nusu gudel” yang berarti orang tua nurut sama anak. Mungkin pepatah ini dulu punya konotasi negatif, kenapa orang tua harus nurut sama anak.Tetapi dalam hal satu ini yaitu sportifitas tidak ada salahnya bahkan ”harus” kita mencontoh anak-anak kita itu, dalam perlombaan mereka adalah lawan tetapi setelah selesai mereka saling tawa, bercanda bahkan ada yang saling mengoreksi, ”Kamu tadi salah sih, coba kalau kamu tadi begini, aku pasti kalah dan kamu yang menang.” Itu salah satu kalimat yang saya dengar dari pemenang. Dia tidak mencemooh yang kalah bahkan ngasih masukan dan yang kalah pun bisa menerimanya.
Bilamanakah hal itu bisa terjadi di dalam persaingan pemilihan kepada daerah, pertandingan olah raga, dll di Republik ini? Mungkin setelah kita punya rasa malu pada anak-anak kita….
Admin RT.4
Admin RT.4
Bapak-bapaknya suka nusu yang lain sih... nggak mau ngikutin "kebo nusu gudel!!!!"
BalasHapus