Curhat Seorang Warga (Seri 1)
Tulisan ini bersifat subyektif. Tidak setuju, tidak dilarang. Saking subyektifnya, tidak akan ada hubungannya dengan dalil-dalil kebenaran. Anggap saja, suara kentut yang tak bisa ditolak dari kuping kita.
Tulisan ini bersifat subyektif. Tidak setuju, tidak dilarang. Saking subyektifnya, tidak akan ada hubungannya dengan dalil-dalil kebenaran. Anggap saja, suara kentut yang tak bisa ditolak dari kuping kita.
Banyak orang bilang, hidup seperti roda. Aku bilang, hidup pasang surut, bukan melingkar seperti roda. Mungkin pola itu menyerupai kehidupan warga RT 04. Ada kala, penuh semangat berdaya rupa. Ada kalanya loyo laksana lelaki impoten dilanda nafsu besar. Bukankah situasi seperti ini adalah kenyataan, bukan fenomena? Bukan pula soal salah atau benar.
Persoalan yang mungkin bisa dibahas adalah bisakah slogan DINAMIS mewujud dalam konsistensi keaktivan warga di semua kegiatan. Bisakah semua mau datang rapat, kerja bakti, ronda, dan acara lainnya? Semua mau datang dan terlibat? Jawabnya, adalah BISA. Caranya? ini yang sulit sekali. Tapi singkatnya, jawabnya adalah jika SEMUA "terpuaskan" setiap mengikuti kegiatan. Soal cara, sepertinya mendekati MUSTAHIL dapat dipenuhi. Paling hanya bisa "mendekati" semua puas.
Aku berkaca pada diriku. Apa yang sebenarnya menjadi pemuasku jika aku terlibat. Ada banyak di kepalaku. Tapi, kali ini aku hanya ingin curhat tentang suatu kerinduan yang selama ini tak bisa tersalurkan.
Aku adalah tipe serius. Aku tak akan bisa banyak bicara bila tidak dalam konteks "mendalami/mengeksplorasi" sesuatu yang berguna. Bentuknya, mencintai diskusi. Tapi, yang cenderung ke arah ilmiah. Bukan doktrin yang tidak bisa dibantah.
Sebelum aku tinggal di VMB2, aku ikut komunitas diskusi yang dikenal dengan "diskusi bulan purnama". Rutin setiap satu bulan sekali. Ada jadwal dan ada narasumber untuk pemantik diskusi. Bisa membahas buku, hasil penelitian, sastra, film, dll. Dengan kebiasaan ini, komunitas secara tidak sadar menjalani tali silahturohmi, berbagi wawasan, saling memperkaya, dan merasakan hadirnya spirit "kebinekaan/keberagaman". Spirit Indonesia.
Pernah suatu ketika, diskusi membahas tema "uandang-undang pornografi". iskusi membahas dari berbagai sisi. Dari sisi seni, agama, hukum, maupun tata nilai kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Sangat menarik.
Sayang, ruang dan waktu memaksa memisahkanku dari komuntas itu. Terus terang aku rindu.
Rinduku untuk memperkaya dan memperluas wawasan melalui kehidupan bermaysarakat yang demokratis, kritis, berbudaya, cerdas, terasa menggantung di langit.
Di RT 04, ada ronda. Ronda baik karna untuk ajang bersilahturohmi, menjaga keamanan. Ronda adalah wajib dan sepatutnya dijalani dengan ikhlas.
Namun, aku tak bisa memungkiri, ada kekosongan tak terisi dalam diriku. Mungkinkah, ronda diberikan kontent/isi dan jiwa. Ada kala main kartu dan berkelakar, tapi ada waktu dikelola sistematis dan menarik? Mungkinkan disisipi diskusi semacam "pengkajian kehidupan" yang bermakna? Bersama nonton film yang baik lalu dilanjutkan diskusi? Mungkinkan diskusi memperkaya wawasan bisa menjadi budaya baru di RT 04? Walahualam...
Jakarta, 28 Januari 2016
Salam
Ditulis Oleh :
Taat Ujianto , Warga RT 04
Mustahil ??? Memang bener!!! kalo untuk memuaskan semua orang dalam lingkungan yg heterogen. Tapi kalo masing2 berpikir secara dewasa, harusnya berpikir sebaliknya.... " Bisa memuaskan dan membuat orang lain senang " itu sudah merupakan kepuasan tersendiri. ( sependapat boleh, tidak juga gapapa ) heheheee
BalasHapusmenjadi pemuas untuk yang lain...alias saling memuaskan ...ngono yo Dhe
BalasHapus